Field

Saturday, December 22, 2012

[Fanfic] Don't Cry!

Title : Don’t Cry!
Chapter : 1/1 – oneshot (very short)
Author : Michiru Ishihara
Cast : Jo Twins (Youngmin x Kwangmin), member Boyfriend.
Genre : brothership, slice of life
Rating : PG
Disclaimer : Youngmin milik Kwangmin, Kwangmin milik Youngmin, dan Jo Twins adalah milik saya milik kedua orang tua mereka. I just don’t accept plagiarism and I wouldn’t forgive that.
A/N : Saya paling nggak bisa bikin judul. Entah itu cocok atau nggak sama ceritanya. Tiba-tiba saja langsung kepikiran alurnya pas buka-buka lagi video M!Pick Boyfriend.
Summary : Youngmin segera berjalan mendekat dan memeluknya. Saat itu jugalah tangis Kwangmin langsung meluap.


Don’t Cry!

Saat debut stage semua idol pasti ingin tampil sempurna, tanpa kesalahan atau cacat sedikit pun baik pada saat menyanyi maupun menari. Salah sedikit saja bisa jadi sasaran bulan-bulanan para netizen, kau akan di pandang sebagai idol yang tidak memiliki kemampuan yang mumpuni atau belum siap untuk debut.
Itulah yang ditakutkan Kwangmin sekarang. Ia sudah berlatih berulang kali, memastikan kondisinya fit, dan benar-benar menyiapkan mental untuk debut kali ini. Tapi apa daya, saat di panggung ia malah melakukan kesalahan saat menari. Bukan kesalahan yang besar memang, tapi bagi guru koreografi Boyfriend itu tetaplah kesalahan.
“You were nervous and had a lot of pressure,” ucap koreografer Boyfriend.
Kwangmin mencoba tersenyum, tapi tetap tidak bisa menyembunyikan raut penyesalan di wajahnya. Hal ini benar-benar membuatnya tertekan. Kesalahan kecilnya tidak hanya akan berdampak bagi dirinya saja tapi juga pada semua member Boyfriend. Dan kata-kata dari pelatih koreografer mereka tadi semakin memperdalam kekecewaan di hati Kwangmin.
“Saat rehearsal Kwangmin melakukannya dengan benar,” ucap Donghyun saat melihat video perform mereka dari handycam sang manajer.
“Secara keseluruhan dia sudah melakukannya dengan baik,” sahut Minwoo.
Leader dan maknae Boyfriend mencoba menghibur Kwangmin tapi kata-kata mereka seakan tak masuk ke telinganya. Matanya mulai berkaca-kaca tiap kali mengingat kesalahannya tadi. Ia mengambil selembar tisu dan mengusap matanya sebelum air yang menggenang di sana jatuh. Youngmin bolak-balik melihat ke arah adik kembarnya karena khawatir.
“Jadikan hari ini sebagai pelajaran, besok kita pasti bisa melakukannya dengan lebih baik,” ucap Jeongmin.
“Sepertinya aku pernah mendengar kata-kata motivasi itu,” sahut Hyunseong.
“Aku membacanya di internet,” jawab Jeongmin.
Mereka tertawa sejenak untuk mencairkan suasana. Tapi rupanya hal tersebut sama sekali tidak berpengaruh pada Kwangmin. Ia tetap saja diam dan mengusap matanya dengan tisu.
“Aku ke toilet sebentar,” ucap Kwangmin kemudian beranjak dari tempat duduknya dan segera pergi.
“Kwangmin-ah!” Donghyun mencoba memanggil tapi Kwangmin terlanjur menghilang di balik pintu.
Mereka semua terdiam dan saling memandang satu sama lain mencoba bertanya apa yang harus mereka lakukan.
“Eoteokke?” tanya Minwoo.
“Aku akan menyusulnya,” jawab Youngmin yang kemudian ikut beranjak dari tempat duduknya. Ia segera menyusul Kwangmin ke toilet yang tak jauh dari tempat mereka berkumpul sekarang.
Youngmin membuka pintu pelan-pelan dan mengintip ke dalam. Di sana Kwangmin sedang berdiri di depan wastafel dan mendongak untuk menahan air matanya. Akan tetapi, air mata tersebut tetap tak luput mengalir melewati pelipisnya. Youngmin benar-benar iba melihat keadaan sang adik. Pasalnya Kwangmin bukan seseorang yang gampang menangis. Ia tidak akan menunjukkan air matanya kecuali dirinya benar-benar merasa down.
Youngmin masuk ke dalam toilet berniat menenangkan adiknya. Namun melihat kehadiran sang kakak, Kwangmin langsung buru-buru mengusap air matanya dan tersenyum di hadapan Youngmin. Tapi jelas sekali terlihat bahwa sang adik sedang tidak baik-baik saja.
“Neo yeogiisseo,” ucap Kwangmin dengan suara seraknya.
Tak tahan dengan sang adik yang berusaha menyembunyikan kesedihannya, Youngmin segera berjalan mendekat dan memeluknya. Saat itu jugalah tangis Kwangmin langsung meluap. Ia sudah tidak bisa menahannya lagi. Ia biarkan air matanya mengalir dan membasahi bahu sang kakak.
“Uljima,” ucap Youngmin sambil mengusap pelan kepala Kwangmin.
Namun Kwangmin malah semakin tersedu-sedu mendengar kalimat yang diucapkan kakaknya. Youngmin hanya bisa diam, tak tahu harus berkata apa lagi. Yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah membiarkan sang adik menangis dipelukannya dan menunggu air matanya reda.
Sepuluh menit berlalu dan tangis Kwangmin akhirnya berhenti. Youngmin melepas pelukannya kemudian mengusap pipi sang adik yang masih basah.
“Mianhae,” ucap Kwangmin lirih.
“Gwaenchana. Kau sudah melakukan yang terbaik hari ini,” hibur Youngmin.
“Tapi orang-orang pasti akan menganggap kita belum siap debut,”
“Biarkan saja. Kita bisa melakukan yang lebih baik di perform selanjutnya,”
Kwangmin diam. Ia mengusap-usap matanya yang masih merah.
“Lain kali jangan simpan kesedihanmu sendirian. Kau punya aku, punya Minwoo, ada hyungdeul juga. Kau bisa mengatakannya pada kami. Aracchi?” ucap Youngmin.
“Ne,” jawab Kwangmin singkat.
“Kalau begitu ayo keluar!” ajak Youngmin, “yang lain pasti sudah khawatir menunggumu,” lanjutnya.
“Uhm,” sang adik pun mengangguk.
Youngmin menggandeng tangan Kwangmin dan mengajaknya keluar dari toilet. Kwangmin yang berada di belakang mengikutinya hanya bisa memandang punggung sang kakak sambil tersenyum. Meskipun terkadang Youngmin cengeng, tapi ia selalu mempunyai pemikiran yang lebih dewasa. Kwangmin selalu kagum padanya. Jika ia berada di posisi Youngmin, ia pasti sudah tidak tahu harus berbuat apa. Ia benar-benar berterima kasih pada Tuhan karena telah memberikan kakak yang bisa diandalkan seperti Youngmin. Ia juga bersyukur bisa bersama member Boyfriend yang selalu memperhatikan keadaannya.

END

Thursday, December 20, 2012

[Fanfic] Intimacy: We Feel The Same

Title : [Intimacy] We Feel The Same
Chapter : 1/1 – oneshot
Author : Michiru Ishihara
Pairing : Jo Twins (Youngmin x Kwangmin)
Genre : brothership, slice of life
Rating : PG
Disclaimer : Youngmin milik Kwangmin, Kwangmin milik Youngmin, dan Jo Twins adalah milik saya milik kedua orang tua mereka. I just don’t accept plagiarism and I wouldn’t forgive that.
A/N : Sequel dari [Intimacy] Nothing Change. Terinspirasi gara-gara nemu foto Jo Twins yang pegangan tangan, sama gara-gara tangan saya habis kesiram air panas pas bikin spageti *crying*. Ternyata beginilah rasanya kalau kesiram air panas. Gak parah si tapi rasanya emang nyeri *nangis guling-guling*.
Summary : They’re twins after all. Sejak kecil Youngmin dan Kwangmin selalu merasakan dan melakukan hal yang sama.


We Feel The Same

Jam menunjukkan pukul 07.00 pagi. Semua member Boyfriend berkumpul di ruang makan untuk sarapan bersama sebelum bersiap-siap untuk schedule pertama mereka jam 9 nanti. Jam 5 pagi tadi ahjumma yang bertugas memasak dan membersihkan dorm sudah datang. Wajah para member Boyfriend pun terlihat sumringah melihat makanan yang sudah tersaji begitu mereka bangun tidur.
“Selamat makan!” ucap Donghyun dan Minwoo semangat.
“Selamat makan!” sahut Hyunseong dan Jeongmin.
Namun berbeda dengan keempat member lain yang sudah tak tahan menyantap sarapan mereka, Youngmin dan Kwangmin malah terlihat masih menahan kantuk di depan meja makan. Youngmin bahkan beberapa kali menutup mulutnya karena bolak-balik menguap.
“Ya! Ya! Kenapa dengan kalian berdua?” tanya Hyunseong heran.
Kedua anak kembar tersebut tidak menjawab dan hanya mengucek mata mereka yang masih mengantuk.
“Wae? Kalian tidak bisa tidur semalam?” giliran leader mereka Donghyun yang bertanya.
“Ah iya, aku juga bertanya-tanya dari tadi bagaimana kalian bisa tidur satu ranjang?” sahut Jeongmin.
“Jinjja yo?” tanya Minwoo.
“Aniyo!!” jawab Youngmin dan Kwangmin bersamaan.
“Ya jangan mengelak!! Kalau bukan karena kalian menghapus foto yang sudah kuambil tadi pagi pasti kalian tidak akan bisa membantah!” ucap Jeongmin.
Youngmin dan Kwangmin hanya terdiam mendengar ucapan Jeongmin. Apa yang dikatakan hyung mereka memang benar. Gara-gara Youngmin yang kebelet buang air kecil tengah malam dan berakhir dengan insiden tangan Kwangmin yang ketumpahan air panas, mereka berdua jadi kekurangan tidur.
“Benarkah mereka tidur satu ranjang hyung?” Minwoo yang penasaran kembali bertanya.
“Iya. Aku bahkan melihat dengan mata kepalaku sendiri kalau Kwangmin memeluk Youngmin,” jawab Jeongmin menggebu-gebu.
“Uhuk!!!” mendengar kalimat tersebut Kwangmin langsung tersedak makanannya.
Semua pandangan member Boyfriend langsung tertuju pada Kwangmin yang terbatuk-batuk.
“Ya! Gwaenchana?” tanya Minwoo sambil menepuk-nepuk punggung Kwangmin yang ada di sampingnya.
“Sudah! Sudah! Cepat selesaikan sarapan kalian dan mandi. Jangan sampai codi noona menunggu kita terlalu lama!” ucap Donghyun menengahi.
Youngmin dan Kwangmin pun bernapas lega karena mereka tidak akan ditanya lebih jauh lagi tentang kejadian tadi malam.

~.~.~.~.~
Setelah pergi ke tempat codi noona untuk make-up dan costume, member Boyfriend segera naik ke mobil untuk berangkat ke tempat schedule mereka yang pertama. Hari ini mereka akan mengadakan Hug Event di mana member Boyfriend bisa bertatap muka langsung dengan fans. Akan tetapi, selama perjalanan baik Youngmin maupun Kwangmin terlihat melamun dan hanya menatap keluar jendela. Gara-gara godaan Jeongmin saat sarapan tadi mereka berdua jadi tidak mau berbicara satu sama lain. Youngmin sesekali melirik ke arah Kwangmin yang dari tadi diam. Ia merasa bersalah pada adik kembarnya tersebut. Kalau bukan karena dirinya, pasti semua kehebohan pagi ini maupun tadi malam tidak akan terjadi. Dan Youngmin semakin merasa bersalah tatkala dirinya hanya bisa diam melihat Kwangmin yang kesulitan menggunakan sumpit saat sarapan tadi. Ia yakin tangan Kwangmin pasti masih terasa nyeri karena tersiram air panas tadi malam. Meskipun bukan luka yang serius, tetap saja apa yang dialami Kwangmin adalah karena dirinya juga.
Jam 9 mereka sampai di tempat Hug Event diadakan. Sudah banyak fans yang berkumpul di sana menanti kedatangan Boyfriend.
“Youngmin-ah!” salah satu staff noona memanggil Youngmin saat member Boyfriend sedang dirias kembali sebelum tampil di hadapan fans.
“Ne?” tanya Youngmin sopan.
“Bisakah aku meminta tanda tanganmu? Sebenarnya adikku ingin sekali datang ke Hug Event hari ini, tapi hari ini dia tidak bisa datang karena sakit dan dia memohon padaku untuk memintakan tanda tanganmu. Boleh kah?”
“Tentu saja noona,” jawab Youngmin ramah.
Staff noona tersebut menyerahkan sebuah buku dan pulpen kepada Youngmin.
“Siapa nama adikmu, noona?” tanya Youngmin.
“Youngna,” jawab staaf noona tersebut.
Youngmin mencoretkan tanda tangannya ke salah satu halaman buku yang diserahkan staff noona. Namun belum selesai dengan kegiatannya, tiba-tiba Youngmin menjatuhkan pulpen yang ia pegang karena merasakan nyeri pada tangan kanannya.
“Ah!” desis Youngmin.
“Youngmin gwaenchana yo?” tanya staff noona yang khawatir dengan keadaan Youngmin.
“Ah gwaenchana,” jawab Youngmin kemudian mengambil pulpen yang ia jatuhkan.
Youngmin segera menyelesaikan tanda tangannya dan menyerahkan kembali buku dan pulpen tersebut kepada staff noona.
“Gomawo Youngmin-ah,” ucap staff noona senang.
“Cheonmaneyo. Semoga adik noona juga cepat sembut,” sahut Youngmin tersenyum.
“Ne,” ucap staff noona tersebut kemudian berlalu.
Youngmin memandang tangannya yang tiba-tiba terasa nyeri. Ia mencoba membuka kemudian menutup genggaman tangannya dan rasa nyeri itu datang lagi.
“Waeyo?” batin Youngmin.
Ia merasa heran. Memang tidak terlalu sakit, tapi Youngmin merasa tangannya nyeri saat mengepal.
“Boyfriend~ ayo semuanya siap-siap untuk keluar!” ucap salah satu stage manajer.
“Ne~,” jawab semua member Boyfriend.
Donghyun, Hyunseong, Jeongmin, Minwo, dan Jo Twins pun keluar. Fans pun langsung berteriak antusias.
“I’m your Boyfriend!! Annyeonghaseyo Boyfriend imnida!” ucap Boyfriend lantang.
Donghyun pun berbicara mewakili semua member Boyfriend tentang acara hari ini.
“Fans yeorobun kalian senang bertemu kami?” tanya Donghyun pada semua fans.
“Ne!!!” jawab fans serempak.
“Gamsahamnida. Kami benar-benar berterima kasih atas kedatangan kalian semua,” ucap Donghyun.
Sementara Donghyun masih berbincang dengan fans, Youngmin kembali mengecek keadaan tangannya. Ia mengamatinya dengan seksama, tak ada luka sama sekali. Namun tiap kali ia mengepalkan tangannya rasa sakit itu akan datang lagi.
“Waeyo?” tanya Kwangmin yang berdiri di samping kanan Youngmin.
Sedari tadi ia sudah memperhatikan kakaknya yang bolak-balik mengamati tangan kanannya.
“Ani, ada yang aneh dengan tanganku,” jawab Youngmin.
“Wae?”
“Rasanya agak sedikit sakit, tapi aku tidak tahu kenapa,”
Kwangmin meraih tangan kakaknya dengan tangan kirinya dan ikut mengamatinya.
“Nyeri?” tanya Kwangmin.
“Iya,” jawab Youngmin.
Namun sedetik kemudian Youngmin tertegun dengan pertanyaan Kwangmin tadi. Bagaimana ia bisa tahu rasa sakit di tangannya.
“Kwangmin neo…,”
Belum sempat Youngmin menyelesaikan kalimatnya, Kwangmin mengangkat tangan kanannya dan menyodorkannya di hadapan kakaknya tersebut.
“Tadi malam,” ucap Kwangmin singkat.
“Tapi kan yang tersiram air panas bukan aku…,” Youngmin kembali tertegun saat menyadari sesuatu.
Memang tangan Kwangmin yang tersiram air panas, tapi Youngmin tentu bisa merasakannya juga. They’re twins after all. Saat kecil bukankah mereka juga sering begitu. Mereka melakukan dan merasakan hal yang sama. Jika Youngmin demam, Kwangmin juga akan demam. Dan saat Kwangmin jatuh, Youngmin ikut merasakan sakitnya juga. Jadi jika mereka mengalami hal yang sama lagi bukankan itu wajar.
“Arrasou,” ucap Youngmin kemudian menurunkan tangan kanannya yang tadi dipegang oleh Kwangmin tanpa melepas genggamannya.
“Mianhae,” bisik Kwangmin.
“Harusnya aku yang minta maaf karena sudah membuatmu terluka,” sahut Youngmin.
Ia semakin mempererat genggaman tangannya pada Kwangmin.
“Belikan aku tteokbokki kalau begitu,” ucap Kwangmin.
“Mwoya?” mendengar permintaan adiknya, Youngmin segera melepas genggaman tangannya seketika.
Kalau bukan karena di hadapan fans, Youngmin pasti sudah mendaratkan jitakannya di kepala Kwangmin.
“Buy me two,” ucap Kwangmin lagi kemudian tertawa pelan.
“Ne arassou arassou,” sahut Youngmin ikut tertawa.

~.~.~.~.~
Hari sudah gelap. Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Member Boyfriend sampai di dorm mereka setelah menyelesaikan 3 schedule hari ini.
“Akhirnya pulaaaang,” ucap Donghyun semangat.
“Aku lapar,” ucap Hyunseong.
“Ayo kita keluar makan hyung!” ajak Jeongmin.
“Mandi dulu baru makan!” perintah leader mereka Donghyun.
“Tapi aku sudah kelaparan sekali hyung,” ucap Jeongmin memelas.
“Kami pergi keluar dulu, hyung nanti bareng sama maknae saja. Oke?” tawar Hyunseong.
“Aku capek, mau langsung tidur saja,” ucap Minwoo yang langsung bergegas masuk ke dalam kamar tidur.
“Ya maknae-ah!! Cuci mukamu dulu!” perintah Donghyun.
“Malaaaaas~,” sahut Minwoo dari dalam kamarnya.
“Youngmin Kwangmin?” tanya Hyunseong.
“Aku tidak begitu lapar,” jawab Youngmin.
“Aku juga,” jawab Kwangmin.
“Aku ingin mandi air hangat lalu istirahat,” ucap Youngmin kemudian berlalu ke kamar tidurnya untuk ganti baju.
Donghyun menghela napas, “baiklah aku ikut kalian,” ucapnya pada Hyunseong dan Jeongmin.
“Yay! Kajja!!!” teriak Jeongmin kemudian menarik lengan Donghyun dan Hyunseong.
Ketiga lead vocal Boyfriend tersebut pun keluar mencari makan.

~.~.~.~.~
“Kenapa selesai mandi jadi lapar ya?” gerutu Kwangmin sambil memegang perutnya saat ia baru keluar dari kamar mandi.
“Kau sudah selesai?” teriak Youngmin dari dapur.
“Kau bertanya padaku?” Kwangmin malah balik bertanya.
“Bukan. Aku tanya sama cicak di dinding,” jawab Youngmin kesal.
Kwangmin tertawa melihat kakaknya yang kesal. Inilah alasan Kwangmin tidak suka bila melihat orang lain menjahili dan menertawakan Youngmin. Cuma dirinya yang boleh menjahili sang kakak.
“Cepat ganti bajumu! Kita keluar!” perintah Youngmin.
“Ke mana?”
“Bawel. Ganti saja bajumu!” ucap Youngmin.
Tidak butuh waktu lama bagi Kwangmin untuk mengganti bajunya. Ia hanya tinggal mengenakan jaket tebal dan topi untuk melindunginya dari hawa dingin di luar.
“Kita mau ke mana sih?” tanya Kwangmin lagi.
“Tteokbokki!” jawab Youngmin singkat.
“Jinjja? Dua porsi ya!” pinta Kwangmin.
“Iya iya,” jawab Youngmin.
Mereka berduapun keluar dari dorm tanpa sedikitpun ingat pada Minwoo yang sudah tak sadar di telan mimpi.

~.~.~.~.~
“Ahjumma, tteokbokki-nya 3 porsi,” ucap Youngmin saat sampai di kedai tenda di pinggir jalan.
“Oh, ssangdung-i?” tanya ahjumma penjual tteokbokki tersebut.
“Ne!!” jawab Youngmin dan Kwangmin serempak.
“Kyeopta. Manhi meokko,” ucap ahjumma tersebut sambil menyerahkan tiga porsi tteokbokki ke hadapan Youngmin dan Kwangmin.
“Ne gamsahamnida,” ucap Youngmin.
Mereka berdua segera menyantap tteokbokki di kedai tersebut. Kwangmin melahap makanannya dengan cepat.
“Ya pelan-pelan! Kau bisa tersedak,” ucap Youngmin.
Baru saja Youngmin mengatakan kalimat tersebut Kwangmin tiba-tiba berteriak kesakitan karena tak sengaja menggigit lidahnya.
“Ah!!” teriak Kwangmin.
“Ahw!!” Youngmin ikut berteriak.
“Plethak!!” Youngmin langsung menjitak kepala sang adik.
“Aku kan sudah bilang hati-hati! Kalau begini aku juga merasakan sakit tahu!” ucap Youngmin kesal sambil menutup mulutnya.
“Hahaha~ mian mian!” sahut Kwangmin yang kesusahan bicara.
Mereka segera menyelesaikan aktivitas makan mereka. Tak butuh waktu lama untuk menghabiskan tiga porsi tteokbokki sekaligus. Youngmin merogoh saku celananya mencari dompet kesayangannya.
“Oh? Dompetku?” Youngmin mulai panik karena tak menemukan dompetnya di saku celananya.
“Di saku jaketmu?” tanya Kwangmin ikut merogoh saku jaket Youngmin.
“Tidak ada,” jawab Youngmin.
Youngmin merogoh semua saku yang ada di baju yang ia pakai sekarang, tapi hasilnya nihil. Dompetnya tidak ada di manapun.
“Jangan-jangan tertinggal di meja dapur tadi?” Youngmin bertanya pada dirinya sendiri.
“Iiiissshh!!!” ucap Kwangmin kesal.
Ia pun akhirnya mengeluarkan dompetnya dan membayar semua makanan yang mereka pesan tadi.
“Ujung-ujungnya aku yang bayar,” sungut Kwangmin.
“Hehe…mian. Lain kali janji deh aku yang traktir,” ucap Youngmin tak enak.
“Lain kali ketinggalan lagi dompetnya,” sahut Kwangmin sambil menyerahkan beberapa lembar uang pada ahjumma penjual tteokbokki.
“Ya! Aku kan tidak sengaja meninggalkannya,” bela Youngmin.
“Ya ya ya,” ucap Kwangmin sekenanya kemudian keluar dari kedai tenda meninggalkan Youngmin.
“Ya Kwangmin-ah! Dengarkan omonganku dulu,” panggil Youngmin.
Ia berlari menyusul adik kembarnya yang sudah beberapa meter meninggalkannya. Tapi baru beberapa langkah Youngmin tiba-tiba tersandung dan…
“GUBRAK!!!” ia jatuh tertelungkup.
Mendengar suara jatuh di belakangnya, Kwangmin segera menoleh dan mendapati kakaknya sedang dalam posisi yang tidak sangat keren menurutnya.
“Kau ini sudah berapa tahun si? Kenapa masih terjatuh juga?” Kwangmin menyusul sang kakak dan membantunya berdiri.
Youngmin mencoba berjalan tapi sepertinya kakinya terkilir.
“Appo~,” rintihnya.
“Gwaenchana?” tanya Kwangmin sambil memapah saudara kembarnya tersebut.
“A…ah!!” raut wajah Youngmin menandakan kalau dia benar-benar kesakitan.
“Ini tidak akan berhasil. Ayo!” tiba-tiba Kwangmin berjongkok di depan Youngmin.
“Apa yang kau lakukan?” tanya Youngmin.
“Kugendong,” jawab Kwangmin singkat.
“Sirheo!!” tolak Youngmin.
“Wae? Kalau tidak begini kita tidak akan bisa pulang!” ucap Kwangmin.
Youngmin hanya diam.
“Kenapa diam? Ayo cepat naik!” perintah Kwangmin.
“Ya! Kau ingin aku ditertawakan orang-orang di jalan?” Youngmin terlihat kesal.
“Kau malu?” tanya Kwangmin polos.
“Tentu saja. Masih bertanya!!”
“Kalau begitu sembunyikan saja wajahmu di punggungku!”
Youngmin kembali terdiam.
“Ayo! Aku sudah tidak sabar bertemu dengan bantal dan selimut!” ucap Kwangmin.
Akhirnya dengan sangat terpaksa Youngmin naik ke punggung Kwangmin. Padahal dia kakaknya tapi kenapa malah dia yang digendong oleh sang adik?
“Ah memalukan!” gerutu Youngmin saat mereka melewati jalanan yang menuju dorm Boyfriend.
Kwangmin hanya tertawa mendengar gerutuan kakaknya, sedangkan Youngmin berusaha sebisa mungkin menyembunyikan wajahnya di balik punggung adik kembarnya tersebut.
“Tenang saja! Di sini sepi,” ucap Kwangmin saat mereka memasuki gang menuju apartemen dorm mereka.
Youngmin mengintip dari balik punggung Kwangmin dan mendapati jalanan yang memang sepi. Ia pun bernapas lega kemudian meletakkan kepalanya di bahu kanan Kwangmin.
“Aku berat ya?” tanya Youngmin.
“Iya. Tangan dan kakiku rasanya mau patah,” jawab Kwangmin dengan nada yang dilebih-lebihkan.
“Yaa!!” Youngmin kembali kesal karena digoda oleh saudara kembarnya.
Dan Kwangmin kembali tertawa karena berhasil menjahili kakaknya.
“Kau harus membayar 10 kali lipat atas ini!” ucap Kwangmin.
“Arrasou!” sahut Youngmin.
Mereka terdiam sejenak.
“Ya!” ucap Youngmin.
“Uhm?” tanya Kwangmin.
“Tanganmu masih sakit?” Youngmin balik bertanya.
“Ani, saat sarapan tadi pagi masih sakit. Tapi saat Hug Event rasa sakitnya sudah tidak terasa,” jawab Kwangmin.
“Ah syukurlah,”
“Sepertinya berpindah ke tanganmu,”
“Mana ada yang seperti itu?”
“Bukankah kau mengeluh tanganmu sakit saat Hug Event tadi?”
“Iya tapi…,”
“Saat lidahku tergigit tadi juga kau merasakan sakit,”
“Aneh,” ucap Youngmin.
“Kita kan sudah sering mengalaminya saat kecil. Bukan hal yang aneh kan?”
“Tapi kita sudah tidak merasakannya lagi setelah kita memutuskan untuk tidur terpisah dulu,”
“Ah jinjja?” Kwangmin mencoba mengingat-ingat.
“Aku hanya heran kenapa bisa kembali,”
“Benar juga,” ucap Kwangmin, “ssangjeong is jang!” teriak Kwangmin.
“Mwoya??” Youngmin tertawa pelan mendengar adiknya yang asal bicara.
Mereka sampai di depan apartemen dorm mereka.
“Turunkan aku di sini. Kalau hyungdeul lihat, matilah kita!”
Namun baru saja Youngmin berkata demikian Donghyun, Hyunseong, dan Jeongmin muncul dari arah yang berlawanan. Sepertinya mereka juga baru saja kembali setelah mencari makan.
“Oh? Ssangdung-i?” ucap Hyunseong.
Youngmin dan Kwangmin hanya bisa melongo melihat hyung-hyung mereka.
“Kalian?” Donghyun terkejut melihat Youngmin yang digendong oleh Kwangmin.
“Bwahahahahahaha!!!!” Donghyun, Hyunseong, dan Jeongmin pun langsung tertawa terbahak-bahak.
“Haha…aku tidak tahu…haha…kalau kalian ternyata sangat dekat. Hahahaha!!” ucap Jeongmin sambil mencoba menahan tawanya.
“Woooh daebak!” ucap Hyunseong.
“Ternyata benar kata Minwoo kalau kalian memang suka berdekatan satu sama lain,” ucap Donghyun.
“Hyung ingat kan ceritaku tadi pagi soal mereka tidur berpelukan?”
“Ah ne,”
“Aku benar-benar tidak bohong. Hyung lihat sendiri mereka sampai gendong-gendongan seperti ini. Hahaha!!!” Jeongmin kembali tertawa terbahak-bahak.
Mereka berlima pun segera menuju ke dorm Boyfriend. Donghyun, Hyunseong, dan Jeongmin tak henti-hentinya menggoda si kembar. Sedangkan Youngmin dan Kwangmin, wajah mereka terlihat seperti kepiting rebus gara-gara menahan malu.

END

NB: Sebenernya aku agak nggak sreg sama cerita ini. 'Feel' dari moment Jo Twins-nya kurang greget, menurutku lebih dapet cerita yang kemarin. Tapi semoga pembaca menyukai ff saya kali ini. Ciao~