Field

Friday, December 14, 2012

[Fanfic] V-last. - Misunderstanding

Title : Misunderstanding
Author : Fifi a.k.a Michiru Ishihara
Chapter : OneShot
Pairing : Yoshi X Hiro, Yukiha X Hiro (one-sided)
Rating : PG
Warning : Sedia ember sebelum muntah!
Genre : Bromance
Summary : “Kau tahu Yoshi, kita dilahirkan ke dunia bersama, dan akan selalu bersama selamanya. Jadi, jangan pernah berpikir kalau aku akan meninggalkanmu,”
Disclaimer : Hiro milik Yoshi, Yoshi milik Hiro, dan Yukiha adalah milik saya *dibacok bass*. I just don’t accept plagiarism and I wouldn’t forgive that.
A/N : Sebenernya ini fanfic lama. Udah pernah ku posting di fb juga. Tapi sempet hilang gara-gara leppy rusak. Ceritanya tentu saja gak jauh-jauh dari seputar twins/ kembar. Tapi ini bukan si kembar Boyfriend. Ini dari band Jepang namanya V-last. Udah lama disband si tapi saya masih suka soalnya kedua gitarisnya kembar. XD~ Gak perlu lama-lama deh. Cekidot aja~ ^_^







Misuderstanding

~.~.~.~.~
Yoshi diam. Sejak siang tadi ia jarang berbicara dengan siapa pun. Ia diam saat Mako mengajaknya makan. Bahkan ia marah saat Shyena mencoba mengajaknya bercanda. Semua orang di studio heran dengan sikap Yoshi hari ini. Saat datang pagi tadi ia masih kelihatan ceria. Senyum manis yang biasa ia tunjukkan kepada orang-orang juga masih bertengger di bibirnya. Tak ada yang aneh dengan sikapnya. Namun, setelah memainkan beberapa lagu dalam sesi latihan hari ini, tiba-tiba mood-nya berubah drastis. Ia tidak lagi tersenyum, wajahnya masam, dan ia jadi diam. Yang dilakukannya hanya duduk di sofa sambil memainkan PSP-nya. Dan keadaan semakin buruk saat Hiro, saudara kembarnya menghilang tiba-tiba.
“Mako, Hiro ke mana si?” tanya Shyena pada drumernya dengan setengah berbisik, tidak ingin pembicaraannya di dengar oleh Yoshi.
“Entahlah. Tadi dia bilang ingin cari makan di luar,” jawab Mako setengah berbisik juga.
Shyena pun menghela nafas mendengar jawaban Mako.
“Yoshi kenapa si? Seharian ini dia cemberut. Tadi aku juga dibentak. Jadi takut,” ucap Shyena bingung.
“Sepertinya ia sedang kesal,”
“Karena apa?”
“Aku juga tidak tahu. Nanti kita tanyakan saja pada Hiro,”
Setengah jam berlalu dengan kesunyian di antara Shyena dan Mako. Mereka hanya sesekali berbisik, tak berani mengganggu ketenangan Yoshi. Sampai akhirnya terdengar suara Hiro dan Yukiha dari luar. Shyena pun langsung melesat keluar disusul oleh Mako.
“Kalian dari mana saja?” tanya Mako pada Hiro dan Yukiha saat mereka sudah di luar.
“Kami pergi cari makan lalu mampir ke toko alat musik sebentar. Ada apa?” Yukiha balik bertanya.
“Hirooooo, aku dibentak Yoshi,” ucap Shyena sambil cemberut sebelum Mako sempat menjawab pertanyaan Yukiha.
“Eh? Dibentak?” tanya Hiro heran.
“Sepertinya mood Yoshi sedang jelek. Dari tadi ia tidak mau bicara. Saat kuajak makan dia juga menolak. Dan si boncel ini kena bentak saat ia mencoba menggelitiki Yoshi,” cerita Mako.
“Padahal biasanya ia akan langsung tertawa dan membalas kalau kuajak bercanda,” sahut Shyena.
“Memangnya dia kenapa?” tanya Hiro.
“Itulah yang ingin kami tanyakan padamu,” jawab Mako.
Shyena dan Mako pun mendesah panjang karena Hiro sendiri tidak tahu apa yang membuat Yoshi diam hari ini.
“Aku akan bicara padanya. Kalian tolong tunggu di luar,” ucap Hiro.
“Hiro kami bergantung padamu,” ucap Shyena.
Hiro pun masuk ke dalam ruang latihan dan menghampiri saudara kembarnya yang masih duduk di sofa memainkan PSP-nya.
“Yooo-shi,” ucap Hiro sambil memeluk pundak adiknya dari belakang.
Yoshi hanya diam dan malah berusaha melepaskan tangan Hiro dari pundaknya. Hiro pun melepaskannya kemudian duduk di samping Yoshi.
“Ada apa?” tanya Hiro.
Diam. Yoshi tak bergeming dengan pertanyaan kakak kembarnya tersebut.
“Heeeey, Yoshi, kau kenapa?” tanya Hiro heran.
“Aku tidak apa-apa!” jawab Yoshi ketus.
“Jangan bohong! Aku tahu kau sedang kesal,”
Diam lagi. Yoshi masih saja memainkan PSP-nya dan mengacuhkan Hiro.
“Yoshiiii, sejak kapan kau tidak mau cerita padaku? Kau marah padaku?”
Diam sesaat.
“Kau dari mana saja sih?” tanya Yoshi dengan nada ketusnya lagi.
“Aku ke toko musik dekat sini,”
“Untuk apa?”
“Hanya menemani Yukiha,”
Mendengar jawaban tersebut Yoshi langsung beranjak dari tempat duduknya dan melempar PSP-nya ke sofa. Terlihat jelas kemarahan di raut wajahnya.
“Yoshi, kau kenapa sih?” Hiro ikut beranjak dari tempat duduknya karena kemarahan Yoshi yang tiba-tiba.
“Kau ada hubungan apa dengan Yukiha?” tanya Yoshi dengan nada kesal.
“Eh?”
“Jawab pertanyaanku!!” dan kali ini Yoshi benar-benar marah.
“Aku tidak ada hubungan apa-apa dengannya!”
“Bohong!! Akhir-akhir kalian begitu dekat. Aku juga tahu tadi ia mencoba menciummu kan?!”
“Eh?” Hiro terdiam sejenak, dan… “Bwahahahahahahahahaha!!” ia tertawa terbahak-bahak.
“Ke…kenapa tertawa?” tanya Yoshi marah.
Hiro mencoba meredakan tawanya sebelum akhirnya berbicara.
“Kau cemburu?”
“A…aku…,” Yoshi tergagap tak mampu menjawab pertanyaan Hiro.
“Yoshi baka,” ucap Hiro kemudian memeluk Yoshi dari belakang dan meletakkan dagunya di pundak adik kembarnya tersebut, “aku tidak ada hubungan apa-apa dengan Yukiha. Dia hanya teman, rekan satu band sama seperti Shyena dan Mako,” lanjutnya.
“Tapi tadi dia…,”
“Tadi mataku kelilipan dan aku meminta dia untuk meniupnya,”
“Ka…kau tidak bohong kan?”
“Tentu saja. Kau tahu aku tidak pernah bohong padamu kan?!”
Mendengar jawaban Hiro, Yoshi pun menghela nafas lega. Dan Hiro sekali lagi tidak bisa menahan tawa karena kesalahpahaman adiknya itu.
“Jangan tertawa!” perintah Yoshi.
“Habis kau lucu. Haha…,”
“Maaf. Aku…aku tidak ingin kau diambil orang lain. Aku takut kalau kau sampai meninggalkanku,”
“Kau tahu Yoshi, kita dilahirkan ke dunia bersama, dan akan selalu bersama selamanya. Jadi, jangan pernah berpikir kalau aku akan meninggalkanmu,”
“Maaf,”
“Minta maaflah pada Shyena. Tadi kau sudah membentaknya kan?”
“Iya. Aku akan minta maaf padanya,”
“Anak pintar,”
Sementara itu di luar ruang latihan…
“Yukiha ini minumanmu!” ucap Shyena sambil memberikan sekaleng cola pada Yukiha.
“Kalian beli apa saja? Banyak sekali?” tanya Yukiha melihat belanjaan yang di bawa Shyena dan Mako.
Shyena hanya nyengir mendengar pertanyaan Yukiha. Dan Yukiha sudah tahu arti cengiran tersebut. Siapa lagi yang akan belanja banyak makanan kalau bukan Shyena.
Ternyata karena bosan menunggu Yoshi dan Hiro di luar, Shyena dan Mako memutuskan untuk membeli beberapa makanan dan minuman ringan di luar. Sementara Yukiha tetap menunggu mereka di luar ruang latihan.
“Bagaimana dengan Yoshi dan Hiro?”
Yukiha tertawa sekilas mendengar pertanyaan Mako.
“Sepertinya akan susah mendapatkan kakaknya,” jawab Yukiha kemudian meneguk minumannya.
“Eh? Kau bilang apa?” tanya Shyena heran.
“Bukan apa-apa. Sepertinya Yoshi sudah baikan,” jawab Yukiha.
“Ya sudah, ayo masuk!” ajak Mako.
“Hai, hai!!” sahut Shyena semangat.

FIN

No comments:

Post a Comment