Field

Tuesday, December 18, 2012

[Fanfic] My Lovely Day

Title : My Lovely Day
Author : Michi Fifi FoodLover
Chapter : OneShot
Pairing : Di baca aja deh. Nanti juga tau sendiri. XD
Rating : PG
Warning : Sedia ember sebelum muntah!
Genre : Apa ya?...=w=)’a
Summary : Aku ralat kata-kataku tadi pagi. Today is not my bad day but today is really really my LOVELY day.
Disclaimer : This is a work of fiction. Any resemblance of any character to any actual person, whether living or dead, is purely coincidental. I just don’t accept plagiarism and I wouldn’t forgive that.
A/N : Ini fanfic lama juga, pernah ku posting di fb juga. Sekedar bernostalgila bersama abang saya Miyavi Ishihara yang sekarang sudah punya dua putri.




My Lovely Day

~.~.~.~.~
Hari yang buruk. Bagaimana tidak? Hari ini aku berencana pergi bersenang-senang dengan temanku di Wonderland kemudian menonton konser Miyavi bersama dia. Tapi apa yang terjadi, temanku tiba-tiba menelepon bahwa ia ada tugas mendadak dari atasannya dan tidak bisa menemaniku bermain di Wonderland. Ia berjanji akan datang jam 6 sore nanti dan menemaniku menonton konser Miyavi. Dan itu berarti aku masih harus menunggunya 7 jam lagi. Padahal aku sudah berada di Wonderland dan menunggunya hampir setengah jam. Great!! Dan yang lebih buruk lagi aku malah bertemu dengan seorang anak perempuan berumur sekitar dua tahun yang tersesat di sana dan menangis mencari orang tuanya. Haaah!! Apa yang harus ku lakukan sekarang? Aku tidak tahu di mana harus mencari orang tuanya. Menanyai orang yang lewat satu per satu pun tidak mungkin karena aku sendiri tidak mengerti bahasa Jepang. Aku hanyalah seorang wisatawan. Di Jepang sini aku hanya berlibur dan mengandalkan temanku sebagai guide tourku. Tapi helloooo…guide tourku sekarang malah meninggalkanku sendirian di sini. Awas saja kalau ketemu akan ku cincang-cincang dia!
“Hiks…hiks…huwaaaaa...,” anak itu menangis lagi.
“Sssssh…hei…sudah…sudah…jangan menangis! Nanti kita cari ayah ibumu ya!” aku mencoba menenangkan anak tersebut meskipun aku yakin dia tidak akan mengerti dengan bahasaku.
“Papa…huwaaaaa…,”
“Sssssh…don’t cry…don’t cry…,”
Aku melihat ke sekelilingku barangkali ada polisi lewat yang bisa dimintai bantuan. Tapi yang ku temukan hanya kumpulan-kumpulan keluarga yang asyik bermain di Wonderland dan beberapa penjual es krim.
“Hey, do you wanna ice cream?” ku coba menanyainya dengan bahasa Inggris barangkali ia mengerti.
Dan hola!! Dia berhenti menangis dan memandangku.
“Ice cream?” dia bertanya dengan suara cadelnya.
“Hai, ice cream,” aku mengangguk kemudian mengajaknya ke tempat penjual es krim.
Aku pun memesan dua es krim coklat dengan bahasa Inggris dan sedikit bahasa isyarat yang sekiranya bisa dimengerti oleh si penjual es krim.
“Do you love ice cream?” spontan aku bertanya pada anak kecil itu saat kami berdua duduk di bangku dekat salah satu wahana di Wonderland.
“Yes, love ice cream!” jawabnya ceria.
Heeeee??! Tak ku sangka dia mengerti bahasa Inggris. Orang tuanya pasti mengajarinya dengan baik.
“Honey, what’s your name?” aku bertanya padanya yang sedang asyik menjilati es krimnya.
Tapi dia tidak menjawab dan hanya memandangku dengan tatapan ‘puppy eyes’nya. Haaaah!! Mungkin dia belum terlalu mengerti bahasa Inggris.
Gadis kecil itu kembali berkutat dengan es krimnya sampai habis kemudian memandang sekeliling dan matanya tertuju pada sesuatu.
“Bunny…,” gumamnya sambil menggigit jari telunjuknya.
Aku pun mengikuti arah pandangnya dan mendapati ada stand permainan lempar bola. Segera ku ajak anak kecil itu ke sana sebelum ia menangis lagi.
“I wanna play it!” ucapku pada penjaga stand.
Aku menyerahkan beberapa yen uang kepada penjaga stand kemudian ia memberiku sebuah bola tenis dan menjelaskan aturan permainannya dengan bahasa Jepang yang jujur saja tidak ku mengerti sama sekali. Tapi dari standnya saja aku sudah mengerti kalau aku cukup melempar bola ke tumpukan kaleng yang tersusun jauh di depanku.
“KLONTANG!!!!” bola yang aku lempar tepat mengenai tumpukan kaleng yang aku bidik dan sukses membuatnya rubuh.
“Omedetou~!” penjaga stand pun memberiku selamat dan memberikanku sebuah boneka kelinci kecil berwarna pink.
“Arigatou~!” aku pun berterima kasih padanya dan menganggukan kepalaku.
Aku tersenyum melihat boneka kecil yang ada di tanganku kemudian menyerahkannya pada gadis cilik yang berdiri di sampingku dan memegang ujung rokku.
“This is for you,”
“Bunny…,” ia tertawa senang saat menerima boneka tersebut, “sankyuu,”
“Douita…,” aku pun ikut senang melihat ia tertawa polos seperti itu.

~.~.~.~.~
Hari sudah sore. Jam sudah menunjukkan hampir jam 5. Aku lelah berkeliling Wonderland bersama anak kecil yang entah aku juga belum tahu namanya. Tapi aku senang. Meskipun aku hanya bisa menikmati wahana-wahana yang sama sekali tidak menantang tapi aku puas bisa menghabiskan hari ini bersama anak kecil yang kini tengah asyik memainkan boneka kelinci kecil pemberianku tadi.
Saat sedang asyik memandangi gadis kecil di sampingku, tiba-tiba aku dikejutkan oleh suara dering handphone-ku. Aku pun melihat ke layarnya dan ternyata itu adalah temanku.
“Moshi-moshi,” terdengar suara dari seberang sana.
“Halo…,”
“Kau di mana?”
“Aku masih di Wonderland,”
“Kau masih di sana? Sendirian?”
“Sebenarnya ada sesuatu yang menahanku di sini,”
“Eeeeh? Memangnya ada apa? Kau tidak apa-apa kan?”
“Aku tidak apa-apa. Nanti saja aku jelaskan. Cepatlah ke sini!”
“Baiklah. Tunggu 1 jam lagi. Aku akan segera ke sana,”
“Aku tunggu di gerbang keluar Wonderland. Awas jangan sampai telat!” ancamku.
“Iya, iya. Sudah ya. Bye!”
Aku pun menutup saluran teleponku.
“Honey, come on!” ku gendong anak tersebut kemudian menuju gerbang keluar Wonderland.
Tapi saat sudah dekat dengan gerbang keluar ku lihat ada beberapa orang yang berkerumun di sana. Aku segera menuju ke sana untuk melihat apa yang terjadi.
Saat sudah dekat, aku begitu terkejut. Jantungku berdetak kencang saat tahu apa yang membuat orang-orang berkerumun di sana. Di sana di tengah kerumunan orang-orang yang sibuk memotret dengan kamera dan handphone mereka, duduk seorang Miyavi yang dilindungi oleh beberapa polisi dan bodyguard. Ya ampun, Miyavi. Miyavi Ishihara penyanyi Jepang yang terkenal itu, idolaku sedang duduk di sana mengenakan jas dan kacamata hitam, serta topi khas bertuliskan “LOVE” yang biasa ia pakai. Ya Tuhan apa aku tidak salah lihat? Ataukah aku sedang bermimpi? Miyavi idolaku ada begitu dekat. Rasanya aku ingin menjerit gembira di sana. Tangan dan kakiku panas dingin dan badanku begitu kaku. Aku bahkan baru sadar kalau anak kecil yang ada di gendonganku sudah berteriak-teriak memanggil ayahnya dari tadi.
“Papa…papa…!”
“Sssssh…we’ll look for your papa okay,”
Aku berusaha menenangkannya tapi ia malah berusaha turun dari gendonganku.
“Papa…papa…!” ucapnya lagi dan kedua tangannya seperti ingin meraih ke Miyavi.
Apakah…eeeeeeeeeeh????!!!! Jangan-jangan anak ini anak Miyavi??? OwO
Aku pun melihat kembali ke arah Miyavi dan DOKIN!!! Ia memandang ke arah kami juga. Dan saat ia berdiri lalu berjalan mendekati kami aku semakin yakin kalau anak ini adalah Lovely, putri Miyavi.
“Papa…!” anak kecil yang ternyata Lovely ini langsung merajuk ke pelukan ayahnya saat Miyavi sudah berada tepat di depanku.
“Lovely, I miss you so much!” Miyavi memeluk Lovely erat dan menciumnya berulang-ulang.
Kemudian Miyavi memandangku dan mengucapkan terima kasih serta kata-kata dalam bahasa Jepang yang tidak ku mengerti.
“I…I’m sorry I don’t understand with Japanese language,” aku menganggukkan kepalaku sambil malu-malu karena gugup.
“Eh? You’re not Japanese? I’m sorry,” ucap Miyavi.
“I’m just tourist in here,”
“Ah I see, I see,” Miyavi mengangguk-anggukkan kepalanya.
Dan aku semakin tahu kalau bahasa Inggris Miyavi benar-benar bagus.
“By the way, thank you so much for take care my daughter. I couldn’t imagine if I lose my Lovely,”
“You’re welcome. Lovely-chan is a good kid. She’s not troublesome,” aku mencoba tersenyum menyembunyikan kegugupanku. Tak tahu bahasa Inggris yang ku ucapkan salah atau tidak.
“Is there anything I can do for you to show my thanks?”
“Ummm…,” aku berpikir sejenak sambil melihat diri Miyavi dari atas ke bawah, “can I own your hat?” ucapku agak takut.
“Oh, this?” ia menunjuk ke arah topinya kemudian melepasnya.
Ku lihat ia berbicara kepada salah satu orang yang mungkin adalah staffnya,kemudian orang tersebut memberikan sebuah spidol kepada Miyavi. Dan YAAAAAY!!! Miyavi menandatangani topi tersebut dan memberikannya padaku. XDDDD
“Thank you very much Miyavi-san!” aku memandang topi tersebut dengan hati yang teramat sangat senang.
“Ne, I have to go now. I have a concert at 7 p.m. Are you coming?”
“Sure, I’ll come,”
“I’m glad to hear that,”
“Ah, there is something I want to give for you,” aku mengeluarkan sebuah kado kecil dari dalam tasku dan menyerahkannya pada Miyavi.
“This is for me?”
“Yes. Today is September 14th right?! So, Happy birthday Miyavi-san,”
“Oh thank you so much!” Miyavi kemudian membungkukkan badannya sedikit kemudian mencium pipiku.
OH MY GOD!!!!! XDDDD
Aku tahu dia hobi mencium orang lain. Aku bahkan sering menemukan video di mana ia mencium rekan-rekannya saat masih di Due le Quarts atau pun di PSC. Tapi aku tak menyangka ia juga akan menciumku. Aku seperti mau pingsan rasanya. XDXDXD
Setelah berpamitan, Miyavi, Lovely, dan beberapa staff serta bodyguardnya segera pergi meninggalkan Wonderland dan meninggalkanku yang masih berdiri mematung membayangkan apa yang baru saja aku alami. Aku ralat kata-kataku tadi pagi. Today is not my bad day but today is really really my LOVELY day.

FIN

No comments:

Post a Comment