Field

Thursday, December 13, 2012

[Fanfic] Intimacy: Nothing Change

Setelah sekian lama terpuruk dengan lautan skripsi, cuma ingin sekedar melakukan peregangan. Udah lama juga sebenernya pengen nulis fanfic tentang Jo Twins Boyfriend tapi gak ada waktu. Dan akhirnya kemaren ada waktu juga buat ngetiknya. Gak perlu banyak babibu, cekidot~


Title : [Intimacy] Nothing Change
Chapter : 1/1 – oneshot
Author : Fifi a.k.a Michiru Ishihara
Pairing : Jo Twins (Youngmin x Kwangmin)
Genre : brothership, slice of life
Rating : PG
Disclaimer : Youngmin milik Kwangmin, Kwangmin milik Youngmin, dan Jo Twins adalah milik saya milik kedua orang tua mereka. I just don’t accept plagiarism and I wouldn’t forgive that.
A/N : Akhir-akhir ini Jo Twins memenuhi kepalaku. Fact-fact mereka yang bertebaran di internet menginspirasiku untuk membuat fanfic ini.
Summary : Kami memang tak sedekat dulu, tapi tak ada yang berubah dari kebiasaan kami waktu kecil.

[Intimacy] Nothing Change
~.~.~.~.~
Seluruh ruangan di dorm Boyfriend gelap. Ruang tamu, dapur, ruang makan, juga kamar tidur terlihat sepi. Hanya ada lampu kuning remang-remang yang menjadi penerang di salah satu sudut ruang keluarga tempat di mana member Boyfriend sering berkumpul. Sekarang jam menunjukkan pukul 01.00 pagi, tak heran keadaan dorm menjadi seperti kuburan karena para penghuninya sudah pasti tertidur pulas di tempat tidur mereka masing-masing. Namun kondisi tersebut sepertinya tidak berlaku untuk Youngmin. Sejak terbangun dari mimpi buruk tadi ia tak bisa memejamkan mata lagi. Lebih buruknya sekarang ia malah kelebet buang air kecil. Padahal semua member di dorm tahu kalau Youngmin paling takut ke kamar mandi sendirian saat malam. Ingin sekali dia membangunkan Jeongmin yang notabene sekamar dengannya. Tapi memikirkan bagaimana hyung-nya yang satu itu akan mengumumkan kejadian malam ini, sudah pasti Youngmin besok akan jadi bahan lawakan habis-habisan oleh member satu dorm.
Youngmin mengintip ke ranjang di bawahnya. Saudara kembarnya Kwangmin tengah tertidur lelap sambil memeluk guling Pikachu kesayangannya. Youngmin dan Kwangmin memang tidur di ranjang bertingkat, Youngmin di ranjang atas dan Kwangmin di ranjang bawah.
‘Haruskah aku membangunkan Kwangmin?’ pikir Youngmin. Ia yakin adik 6 menitnya itu tidak akan membicarakan kejadian malam ini pada siapapun. Youngmin tahu betul sifat Kwangmin. Bahkan jika dirinya ngompol sekalipun, Kwangmin akan tetap menutup mulut karena ia tahu Kwangmin tidak suka jika dirinya dijahili atau ditertawakan orang lain.
Youngmin pun memutuskan turun dari ranjangnya.
“Kwangmin…Kwangmin…,” Youngmin memanggil nama saudara kembarnya dengan suara sepelan mungkin agar Jeongmin tidak terbangun.
“Ya! Kwangmin bangun…,” ulang Youngmin sambil mengguncang-guncang lengan Kwangmin.
“Mwooo?” Kwangmin akhirnya menyahut dengan suara setengah serak karena dibangunkan tiba-tiba.
“Ayo antar aku ke toilet!” pinta Youngmin.
“Pergi sendiri saja! Aku ngantuk~” sahut Kwangmin dengan mata yang masih menutup.
“Ayolah Kwangmin~ kau tidak mau melihatku ngompol di sini kan?” paksa Youngmin.
“Aiiish!!!” mendengar kalimat tersebut akhirnya dengan terpaksa Kwangmin bangun dari tidurnya.
Kwangmin turun dari ranjangnya dan segera mendorong pelan bahu Youngmin agar keluar kamar.
“Cepat! Jangan lama-lama!” ucap Kwangmin saat mereka berdua sampai di depan pintu kamar mandi.
“Iya iya,” sahut Youngmin nyengir.
Saat sosoknya menghilang di balik pintu, Kwangmin menuju ke dapur yang berada tepat di samping kamar mandi untuk mengambil air minum. Bangun tidur tengah malam membuat tenggorokannya jadi kering.
Youngmin keluar dari toilet tepat di saat ia mendengar suara berisik dari dapur.
“KLONTHANG!!!”
“Ya! Kwangmin kau di dapur?” tanya Youngmin sambil mengintip takut-takut ke arah dapur.
Tak ada jawaban sama sekali. Youngmin memberanikan diri melangkah ke dapur dan terkejut melihat Kwangmin yang berjongkok di samping meja dapur sambil memegang tangan kanannya.
“Kwangmin kau kenapa?” Youngmin segera mendekati Kwangmin dan mendapati tangan Kwangmin yang memerah.
“Ya! Kenapa bisa begini?” tanya Youngmin khawatir.
“Tadi aku tidak sengaja menyenggol teko air panas di meja, saat aku mencoba menangkapnya biar tidak jatuh ternyata airnya malah tumpah dan menyiram tanganku,” jelas Kwangmin.
“Iiish…ceroboh,” ucap Youngmin.
Ia segera mengambil air es di kulkas kemudian menarik Kwangmin ke kitchen sink.
“Mana tanganmu?” tanya Youngmin.
Kwangmin segera menyodorkan tangannya yang baru saja tersiram air panas. Sang kakak memegangnya pelan kemudian menyiram tangan Kwangmin dengan air dingin. Raut wajah Kwangmin terlihat meringis saat merasakan sensasi dingin bertubrukan dengan tangannya yang terasa panas.
“Sakit?” tanya Youngmin.
“Agak sedikit nyeri,” jawab Kwangmin.
“Apa masih terasa panas?” tanya Youngmin lagi.
Kwangmin menggeleng.
“Tunggu di sini sebentar, kuambilkan kotak P3K,” ucap Youngmin.
Kwangmin memandang punggung Youngmin yang menjauh. Sifat kakaknya ternyata tidak berubah. Ia teringat saat kecil dulu ia pernah jatuh dari ayunan dan Youngmin yang meniupi lukanya. Meskipun orang lain sering melihat mereka tidak akur tapi mereka sadar kalau mereka masih membutuhkan kehadiran satu sama lain. Mereka hanya canggung untuk mengungkapkan rasa sayang mereka di depan umum.
“Ya! Kenapa melamun?” tanya Youngmin yang sudah kembali. Ia membawa handuk bersih dan kotak P3K.
Youngmin duduk di kursi meja makan yang menjadi satu dengan dapur dan mengisyaratkan agar Kwangmin duduk di depannya. Sang adik pun hanya menurut. Youngmin mengeringkan tangan Kwangmin dengan handuk yang ia bawa tadi kemudian mengoleskan salep antibiotik.
“Selesai. Ayo kita tidur!” ajak Youngmin.
“Ya! Kau tidak membereskan ini dulu?” tanya Kwangmin sambil menunjuk handuk dan isi kotak P3K yang bertebaran di atas meja makan.
“Besok biar ahjumma dorm yang membersihkan,” jawab Youngmin sambil nyengir.
“Eeey…,” Kwangmin mencibir.
Kebiasaan malasnya Youngmin ternyata tidak berubah juga.
Kwangmin segera naik ke tempat tidur saat sampai di kamar tempat ia berbagi dengan Youngmin dan Jeongmin. Akan tetapi, bukannya langsung naik ke ranjang atas Youngmin malah memandangi Kwangmin yang sudah siap memejamkan mata.
“Mwo?” tanya Kwangmin yang merasa diperhatikan dari tadi.
“Geser! Aku mau tidur denganmu,” jawab Youngmin.
“Mwo?? Ah waeyo?” protes Kwangmin. Ia terkejut mendengar keinginan saudara kembarnya itu.
“Aku terbangun karena bermimpi buruk tentangmu dan tadi kau malah tersiram air panas. Aku khawatir padamu. Apa kau tidak bisa melihatnya?” tutur Youngmin.
Kwangmin hanya tertegun mendengar pernyataan kakaknya tersebut. Begitu besarnyakah rasa khawatir Youngmin padanya.
“Jika terjadi sesuatu padamu saat kau tidur paling tidak aku ada di sampingmu,” lanjut Youngmin.
“Arrasou,” sahut Kwangmin kemudian menggeser tubuhnya dan memberi ruang kosong agar Youngmin bisa tidur di sampingnya.
Youngmin segera naik ke tempat tidur Kwangmin dan berbagi selimut bersama adik kembarnya tersebut. Meskipun tidak luas tapi dengan tubuh kurus mereka ranjang tersebut bisa di isi oleh dua orang.
“Kapan ya kita terakhir kali tidur bersama?” tanya Youngmin.
“Saat kelas 4 SD? Atau kelas 5?” Kwangmin balik bertanya.
“Kelas 5 mungkin? Waktu itu kita bertengkar hebat dan eomma yang kerepotan karena kita menolak tidur bersama,” Youngmin tertawa pelan mengingat masa kecil mereka.
“Waktu itu kau tak berhenti menangis karena aku merebut mainanmu. Hahaha!!”
“Ya! Siapa yang menangis?”
“Tentu saja kau. Eomma bahkan bilang kalau aku lebih cocok jadi hyung daripada dirimu. Itu karena kau cengeng,”
“Iiissh!!” Youngmin tak mampu membantah kata-kata Kwangmin karena apa yang dibicarakan adiknya itu memang benar.
Kwangmin memandang tangannya yang tersiram air panas tadi.
“Kau ingat saat aku jatuh dari ayunan dulu?” tanya Kwangmin.
“Um,” jawab Youngmin singkat.
“Waktu itu kau juga menangis. Kau meniupi lukaku sambil menangis,”
“Itu karena aku khawatir padamu. Aku juga merasakan sakit saat kau terluka,” Youngmin meraih tangan Kwangmin dan meniupinya seperti yang ia lakukan saat kecil dulu.
“Mianhae aku jadi sering membuatmu khawatir gara-gara kecerobohanku,”
“Gwaenchana. Kau itu saudaraku, sudah sepatutnya aku mengkhawatirkanmu,” ucap Youngmin, “meskipun kau sudah dewasa sekarang bagiku kau tetap adik kecil yang harus kulindungi,” lanjut Youngmin.
Kwangmin hanya tertawa sekilas mendengar penuturan hyung-nya tersebut. Hening karena sang adik tak menyahut ucapan sang kakak hingga akhirnya terdengar hembusan napas teratur Kwangmin yang sepertinya sudah tertidur kembali.
“Kau sudah tidur?” tanya Youngmin.
Kwangmin tak menyahut. Sepertinya ia sudah benar-benar masuk ke alam mimpi. Youngmin tersenyum memandang wajah innocent dongsaeng-nya kemudian ikut memejamkan mata.

~.~.~.~.~
Youngmin terbangun saat merasakan ada kilatan cahaya menerpanya.
“Woooh daebak!!”
Youngmin membuka matanya perlahan dan samar-samar melihat ada seseorang di depan tempat tidurnya.
“Hyung! Minwoo! Cepat ke sini!! Kalian harus melihat ini! Haha…,”
Dari suara teriakan dan tawanya Youngmin yakin kalau itu adalah suara Jeongmin. Ia mencoba bangun namun sesuatu menahannya. Youngmin menoleh dan mendapati Kwangmin sedang memeluknya dengan mata yang masih tertutup. Kebiasaan adik kembarnya sejak kecil yang selalu memeluknya tiap kali mereka tidur bersama benar-benar tidak berubah.
“Klik!” Youngmin merasakan lagi kilatan cahaya entah dari camera atau handphone yang dipegang oleh Jeongmin.
“Fans pasti akan senang jika aku memposting foto si kembar yang sedang tidur berpelukan. Hahaha…,” tawa Jeongmin menggelegar di kamar tidur mereka.
Mendengar kalimat tersebut, Youngmin segera menyingkirkan tangan Kwangmin yang memeluknya dan melompat dari tempat tidur untuk merebut camera yang dipegang hyung-nya yang paling usil tersebut. Namun secepat kilat pula Jeongmin segera kabur dari kamar tidur mereka.
“Ya! Hyung!! Berikan kameranya!” teriak Youngmin.
“Shiero!!!” teriak Jeongmin dari luar kamar.
“Ya! Kwangmin bangun!! Jeongmin-hyung mengambil foto tidur kita!” ucap Youngmin panik sambil mengguncang-guncang tubuh Kwangmin.
“Aaah~ biarkan saja~ aku masih ngantuuuuk~,” sahut Kwangmin malas.
“Iiiissshh!!!”
Akhirnya Youngmin pun meninggalkan Kwangmin yang masih menikmati tidur nyenyaknya dan terpaksa bersusah payah merebut kamera Jeongmin sendirian.

END

No comments:

Post a Comment