Field

Saturday, December 22, 2012

[Fanfic] Don't Cry!

Title : Don’t Cry!
Chapter : 1/1 – oneshot (very short)
Author : Michiru Ishihara
Cast : Jo Twins (Youngmin x Kwangmin), member Boyfriend.
Genre : brothership, slice of life
Rating : PG
Disclaimer : Youngmin milik Kwangmin, Kwangmin milik Youngmin, dan Jo Twins adalah milik saya milik kedua orang tua mereka. I just don’t accept plagiarism and I wouldn’t forgive that.
A/N : Saya paling nggak bisa bikin judul. Entah itu cocok atau nggak sama ceritanya. Tiba-tiba saja langsung kepikiran alurnya pas buka-buka lagi video M!Pick Boyfriend.
Summary : Youngmin segera berjalan mendekat dan memeluknya. Saat itu jugalah tangis Kwangmin langsung meluap.


Don’t Cry!

Saat debut stage semua idol pasti ingin tampil sempurna, tanpa kesalahan atau cacat sedikit pun baik pada saat menyanyi maupun menari. Salah sedikit saja bisa jadi sasaran bulan-bulanan para netizen, kau akan di pandang sebagai idol yang tidak memiliki kemampuan yang mumpuni atau belum siap untuk debut.
Itulah yang ditakutkan Kwangmin sekarang. Ia sudah berlatih berulang kali, memastikan kondisinya fit, dan benar-benar menyiapkan mental untuk debut kali ini. Tapi apa daya, saat di panggung ia malah melakukan kesalahan saat menari. Bukan kesalahan yang besar memang, tapi bagi guru koreografi Boyfriend itu tetaplah kesalahan.
“You were nervous and had a lot of pressure,” ucap koreografer Boyfriend.
Kwangmin mencoba tersenyum, tapi tetap tidak bisa menyembunyikan raut penyesalan di wajahnya. Hal ini benar-benar membuatnya tertekan. Kesalahan kecilnya tidak hanya akan berdampak bagi dirinya saja tapi juga pada semua member Boyfriend. Dan kata-kata dari pelatih koreografer mereka tadi semakin memperdalam kekecewaan di hati Kwangmin.
“Saat rehearsal Kwangmin melakukannya dengan benar,” ucap Donghyun saat melihat video perform mereka dari handycam sang manajer.
“Secara keseluruhan dia sudah melakukannya dengan baik,” sahut Minwoo.
Leader dan maknae Boyfriend mencoba menghibur Kwangmin tapi kata-kata mereka seakan tak masuk ke telinganya. Matanya mulai berkaca-kaca tiap kali mengingat kesalahannya tadi. Ia mengambil selembar tisu dan mengusap matanya sebelum air yang menggenang di sana jatuh. Youngmin bolak-balik melihat ke arah adik kembarnya karena khawatir.
“Jadikan hari ini sebagai pelajaran, besok kita pasti bisa melakukannya dengan lebih baik,” ucap Jeongmin.
“Sepertinya aku pernah mendengar kata-kata motivasi itu,” sahut Hyunseong.
“Aku membacanya di internet,” jawab Jeongmin.
Mereka tertawa sejenak untuk mencairkan suasana. Tapi rupanya hal tersebut sama sekali tidak berpengaruh pada Kwangmin. Ia tetap saja diam dan mengusap matanya dengan tisu.
“Aku ke toilet sebentar,” ucap Kwangmin kemudian beranjak dari tempat duduknya dan segera pergi.
“Kwangmin-ah!” Donghyun mencoba memanggil tapi Kwangmin terlanjur menghilang di balik pintu.
Mereka semua terdiam dan saling memandang satu sama lain mencoba bertanya apa yang harus mereka lakukan.
“Eoteokke?” tanya Minwoo.
“Aku akan menyusulnya,” jawab Youngmin yang kemudian ikut beranjak dari tempat duduknya. Ia segera menyusul Kwangmin ke toilet yang tak jauh dari tempat mereka berkumpul sekarang.
Youngmin membuka pintu pelan-pelan dan mengintip ke dalam. Di sana Kwangmin sedang berdiri di depan wastafel dan mendongak untuk menahan air matanya. Akan tetapi, air mata tersebut tetap tak luput mengalir melewati pelipisnya. Youngmin benar-benar iba melihat keadaan sang adik. Pasalnya Kwangmin bukan seseorang yang gampang menangis. Ia tidak akan menunjukkan air matanya kecuali dirinya benar-benar merasa down.
Youngmin masuk ke dalam toilet berniat menenangkan adiknya. Namun melihat kehadiran sang kakak, Kwangmin langsung buru-buru mengusap air matanya dan tersenyum di hadapan Youngmin. Tapi jelas sekali terlihat bahwa sang adik sedang tidak baik-baik saja.
“Neo yeogiisseo,” ucap Kwangmin dengan suara seraknya.
Tak tahan dengan sang adik yang berusaha menyembunyikan kesedihannya, Youngmin segera berjalan mendekat dan memeluknya. Saat itu jugalah tangis Kwangmin langsung meluap. Ia sudah tidak bisa menahannya lagi. Ia biarkan air matanya mengalir dan membasahi bahu sang kakak.
“Uljima,” ucap Youngmin sambil mengusap pelan kepala Kwangmin.
Namun Kwangmin malah semakin tersedu-sedu mendengar kalimat yang diucapkan kakaknya. Youngmin hanya bisa diam, tak tahu harus berkata apa lagi. Yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah membiarkan sang adik menangis dipelukannya dan menunggu air matanya reda.
Sepuluh menit berlalu dan tangis Kwangmin akhirnya berhenti. Youngmin melepas pelukannya kemudian mengusap pipi sang adik yang masih basah.
“Mianhae,” ucap Kwangmin lirih.
“Gwaenchana. Kau sudah melakukan yang terbaik hari ini,” hibur Youngmin.
“Tapi orang-orang pasti akan menganggap kita belum siap debut,”
“Biarkan saja. Kita bisa melakukan yang lebih baik di perform selanjutnya,”
Kwangmin diam. Ia mengusap-usap matanya yang masih merah.
“Lain kali jangan simpan kesedihanmu sendirian. Kau punya aku, punya Minwoo, ada hyungdeul juga. Kau bisa mengatakannya pada kami. Aracchi?” ucap Youngmin.
“Ne,” jawab Kwangmin singkat.
“Kalau begitu ayo keluar!” ajak Youngmin, “yang lain pasti sudah khawatir menunggumu,” lanjutnya.
“Uhm,” sang adik pun mengangguk.
Youngmin menggandeng tangan Kwangmin dan mengajaknya keluar dari toilet. Kwangmin yang berada di belakang mengikutinya hanya bisa memandang punggung sang kakak sambil tersenyum. Meskipun terkadang Youngmin cengeng, tapi ia selalu mempunyai pemikiran yang lebih dewasa. Kwangmin selalu kagum padanya. Jika ia berada di posisi Youngmin, ia pasti sudah tidak tahu harus berbuat apa. Ia benar-benar berterima kasih pada Tuhan karena telah memberikan kakak yang bisa diandalkan seperti Youngmin. Ia juga bersyukur bisa bersama member Boyfriend yang selalu memperhatikan keadaannya.

END

No comments:

Post a Comment