Title :
Don’t Cry!
Chapter :
1/1 – oneshot (very short)
Author : Michiru Ishihara
Cast :
Jo Twins (Youngmin x Kwangmin), member Boyfriend.
Genre :
brothership, slice of life
Rating :
PG
Disclaimer :
Youngmin milik Kwangmin, Kwangmin milik Youngmin, dan Jo Twins adalah milik
saya milik kedua orang tua mereka. I
just don’t accept plagiarism and I wouldn’t forgive that.
A/N : Saya
paling nggak bisa bikin judul. Entah itu cocok atau nggak sama ceritanya.
Tiba-tiba saja langsung kepikiran alurnya pas buka-buka lagi video M!Pick Boyfriend.
Summary :
Youngmin segera berjalan mendekat dan
memeluknya. Saat itu jugalah tangis Kwangmin langsung meluap.
Don’t
Cry!
Saat
debut stage semua idol pasti ingin tampil sempurna, tanpa kesalahan atau cacat
sedikit pun baik pada saat menyanyi maupun menari. Salah sedikit saja bisa jadi
sasaran bulan-bulanan para netizen, kau akan di pandang sebagai idol yang tidak
memiliki kemampuan yang mumpuni atau belum siap untuk debut.
Itulah
yang ditakutkan Kwangmin sekarang. Ia sudah berlatih berulang kali, memastikan
kondisinya fit, dan benar-benar menyiapkan mental untuk debut kali ini. Tapi apa
daya, saat di panggung ia malah melakukan kesalahan saat menari. Bukan
kesalahan yang besar memang, tapi bagi guru koreografi Boyfriend itu tetaplah
kesalahan.
“You
were nervous and had a lot of pressure,” ucap koreografer Boyfriend.
Kwangmin
mencoba tersenyum, tapi tetap tidak bisa menyembunyikan raut penyesalan di
wajahnya. Hal ini benar-benar membuatnya tertekan. Kesalahan kecilnya tidak
hanya akan berdampak bagi dirinya saja tapi juga pada semua member Boyfriend.
Dan kata-kata dari pelatih koreografer mereka tadi semakin memperdalam
kekecewaan di hati Kwangmin.
“Saat
rehearsal Kwangmin melakukannya dengan benar,” ucap Donghyun saat melihat video
perform mereka dari handycam sang manajer.
“Secara
keseluruhan dia sudah melakukannya dengan baik,” sahut Minwoo.
Leader
dan maknae Boyfriend mencoba menghibur Kwangmin tapi kata-kata mereka seakan
tak masuk ke telinganya. Matanya mulai berkaca-kaca tiap kali mengingat
kesalahannya tadi. Ia mengambil selembar tisu dan mengusap matanya sebelum air
yang menggenang di sana jatuh. Youngmin bolak-balik melihat ke arah adik
kembarnya karena khawatir.
“Jadikan
hari ini sebagai pelajaran, besok kita pasti bisa melakukannya dengan lebih
baik,” ucap Jeongmin.
“Sepertinya
aku pernah mendengar kata-kata motivasi itu,” sahut Hyunseong.
“Aku
membacanya di internet,” jawab Jeongmin.
Mereka
tertawa sejenak untuk mencairkan suasana. Tapi rupanya hal tersebut sama sekali
tidak berpengaruh pada Kwangmin. Ia tetap saja diam dan mengusap matanya dengan
tisu.
“Aku
ke toilet sebentar,” ucap Kwangmin kemudian beranjak dari tempat duduknya dan
segera pergi.
“Kwangmin-ah!”
Donghyun mencoba memanggil tapi Kwangmin terlanjur menghilang di balik pintu.
Mereka
semua terdiam dan saling memandang satu sama lain mencoba bertanya apa yang
harus mereka lakukan.
“Eoteokke?”
tanya Minwoo.
“Aku
akan menyusulnya,” jawab Youngmin yang kemudian ikut beranjak dari tempat
duduknya. Ia segera menyusul Kwangmin ke toilet yang tak jauh dari tempat
mereka berkumpul sekarang.
Youngmin
membuka pintu pelan-pelan dan mengintip ke dalam. Di sana Kwangmin sedang
berdiri di depan wastafel dan mendongak untuk menahan air matanya. Akan tetapi,
air mata tersebut tetap tak luput mengalir melewati pelipisnya. Youngmin
benar-benar iba melihat keadaan sang adik. Pasalnya Kwangmin bukan seseorang
yang gampang menangis. Ia tidak akan menunjukkan air matanya kecuali dirinya benar-benar
merasa down.
Youngmin
masuk ke dalam toilet berniat menenangkan adiknya. Namun melihat kehadiran sang
kakak, Kwangmin langsung buru-buru mengusap air matanya dan tersenyum di
hadapan Youngmin. Tapi jelas sekali terlihat bahwa sang adik sedang tidak
baik-baik saja.
“Neo
yeogiisseo,” ucap Kwangmin dengan suara seraknya.
Tak
tahan dengan sang adik yang berusaha menyembunyikan kesedihannya, Youngmin
segera berjalan mendekat dan memeluknya. Saat itu jugalah tangis Kwangmin
langsung meluap. Ia sudah tidak bisa menahannya lagi. Ia biarkan air matanya
mengalir dan membasahi bahu sang kakak.
“Uljima,”
ucap Youngmin sambil mengusap pelan kepala Kwangmin.
Namun
Kwangmin malah semakin tersedu-sedu mendengar kalimat yang diucapkan kakaknya.
Youngmin hanya bisa diam, tak tahu harus berkata apa lagi. Yang bisa ia lakukan
sekarang hanyalah membiarkan sang adik menangis dipelukannya dan menunggu air
matanya reda.
Sepuluh
menit berlalu dan tangis Kwangmin akhirnya berhenti. Youngmin melepas
pelukannya kemudian mengusap pipi sang adik yang masih basah.
“Mianhae,”
ucap Kwangmin lirih.
“Gwaenchana.
Kau sudah melakukan yang terbaik hari ini,” hibur Youngmin.
“Tapi
orang-orang pasti akan menganggap kita belum siap debut,”
“Biarkan
saja. Kita bisa melakukan yang lebih baik di perform selanjutnya,”
Kwangmin
diam. Ia mengusap-usap matanya yang masih merah.
“Lain
kali jangan simpan kesedihanmu sendirian. Kau punya aku, punya Minwoo, ada
hyungdeul juga. Kau bisa mengatakannya pada kami. Aracchi?” ucap Youngmin.
“Ne,”
jawab Kwangmin singkat.
“Kalau
begitu ayo keluar!” ajak Youngmin, “yang lain pasti sudah khawatir menunggumu,”
lanjutnya.
“Uhm,”
sang adik pun mengangguk.
Youngmin
menggandeng tangan Kwangmin dan mengajaknya keluar dari toilet. Kwangmin yang
berada di belakang mengikutinya hanya bisa memandang punggung sang kakak sambil
tersenyum. Meskipun terkadang Youngmin cengeng, tapi ia selalu mempunyai
pemikiran yang lebih dewasa. Kwangmin selalu kagum padanya. Jika ia berada di
posisi Youngmin, ia pasti sudah tidak tahu harus berbuat apa. Ia benar-benar
berterima kasih pada Tuhan karena telah memberikan kakak yang bisa diandalkan
seperti Youngmin. Ia juga bersyukur bisa bersama member Boyfriend yang selalu
memperhatikan keadaannya.
END
No comments:
Post a Comment