Akhirnya saya kembali dengan fanfic baru. Kapan ya terakhir kali posting fanfic? Saya lupa, dan lupakan pertanyaan saya!! Kali ini saya datang dengan fanfic EXO. Pertama kalinya saya bikin fanfic EXO. Saya bikin dalam waktu 3 jam, tanpa editing. Jadi mohon maaf kalo ada typo sana-sini. Ya sudahlah, nggak perlu banyak basa-basi. Monggo dibaca~ ^^
Title : Drizzling Angel
Author : Michi Heedictator
Cast : Kyungsoo,
and you’ll find later
Genre : errrr…
Rating : PG
Type : Oneshoot,
Drabble maybe.
Disclaimer : Saya
akan terus mengulangi kata-kata ini “I just don’t accept plagiarism and I
wouldn’t forgive that”.
A/N : Terinspirasi
dari salah satu teaser EXO. Teaser yang mana? Kalian akan menemukannya saat
membacanya. ^^
--EXO--
Kyungsoo
duduk di teras rumahnya, menikmati semilir angin sambil menengadah menatap
langit siang yang gelap. Cahaya matahari menyeruak melewati celah mendung yang
menutupi sebagian langit, mencoba menerobos kapas tebal yang menghalangi
jalannya ke bumi. Langit tengah muram meskipun belum ada tanda air akan segera
tumpah dari sana. Kyungsoo memperhatikan beberapa orang yang lalu lalang
melewati depan rumahnya. Ia tidak kenal mereka. Meskipun Kyungsoo tahu beberapa
dari mereka adalah tetangganya, tetapi ia tidak mengenal mereka. Kyungsoo
adalah orang baru di kompleks perumahan ini. Ia dan orang tuanya baru pindah
seminggu yang lalu. Urusan pekerjaan orang tuanya membuat Kyungsoo harus rela
melepaskan teman-teman lamanya dan beradaptasi dengan lingkungan yang baru.
Namun, Kyungsoo tidak bisa. Ia bukan anak yang mudah bergaul. Ia merasa sudah
nyaman dengan teman-temannya yang dulu sehingga ia merasa berat untuk mengenal
orang-orang baru di sekitarnya. Keadaan langit sekarang tampaknya sangat sesuai
dengan suasana hati Kyungsoo yang memang tengah muram.
Kyungsoo
memutuskan untuk beranjak dari teras rumahnya dan melangkahkan kaki keluar.
Meskipun tidak tahu harus ke mana, tetapi Kyungsoo tidak ingin berdiam diri di
rumahnya yang kosong. Orang tuanya sibuk bekerja meskipun ini hari libur.
Semenjak kepindahan mereka, orang tua Kyungsoo semakin jarang di rumah dan
meninggalkannya sendirian tanpa teman mengingat Kyungsoo adalah anak tunggal.
Kyungsoo
tidak begitu mengenal daerah barunya. Ia membiarkan begitu saja ke mana kakinya
melangkah. Ia terus menyusuri trotoar serta melewati beberapa rumah dan
pertokoan sampai dirinya berbelok dan menemukan sebuah taman yang luas dan
sepi. Mungkin orang-orang enggan bertandang ke sana mengingat langit bisa saja
menumpahkan airnya dalam hitungan detik. Meskipun begitu Kyungsoo tetap membawa
kakinya masuk ke dalam taman tersebut.
Beberapa
kursi kayu tua panjang menghiasi tepi taman yang sepertinya sudah tidak terawat
tersebut. Rumput-rumput yang tumbuh di sana tampak kering -mungkin karena
pengaruh musim gugur- dan tidak beraturan karena tidak dipangkas. Tapi taman
tersebut bersih, tak ada satu pun sampah yang tergeletak di sana. Kyungsoo
memutuskan untuk menyambangi salah satu kursi dan duduk di sana kemudian
kembali memperhatikan keadaan di sekitar taman. Saat pandangannya mengedar, ia
baru sadar kalau ada seseorang yang tengah duduk di kursi yang berseberangan
dengannya, sepertinya sedang membaca. Terlihat dari buku yang ia pegang,
meskipun sekarang orang tersebut tengah mendongak menatap langit.
Kyungsoo
tidak bisa melihatnya dengan jelas karena jarak mereka yang lumayan jauh. Akan
tetapi, ia yakin kalau orang tersebut adalah laki-laki. Memakai jaket, celana
jeans, dan sepatu berwarna hitam sama seperti dirinya. Kyungsoo kembali
mengedarkan pandangannya ke arah lain -membiarkan orang tersebut khusyuk dengan
kegiatannya- sampai matanya terpaku pada sebuah layang-layang yang tergeletak
di kursi yang berjarak dua kursi dari tempatnya duduk.
Kyungsoo
segera meninggalkan kursinya dan menghampiri layang-layang tak berpemilik
tersebut, mengambilnya kemudian memandangnya sejenak. Layang-layang putih
dengan lambang hexagon besar di tengahnya. Mungkin tadi ada anak-anak yang
memainkannya dan meninggalkannya di sini. Kyungsoo yakin seseorang yang tengah
duduk berseberangan dengannya tadi bukan pemilik layang-layang tersebut.
Tak
mau ambil pusing, Kyungsoo segera membawa layang-layang tersebut ke tengah
taman dan mencoba menerbangkannya. Angin yang tercipta dari mendung membuat
layang-layang dengan cepat terbang ke atas. Kyungsoo tersenyum melihatnya. Kaki
kecilnya perlahan berlari mengitari taman, membawa layang-layang yang ia pegang
ikut mengitari langit di atasnya. Ia sadar ia sempat melewati orang yang tengah
membaca tadi. Tapi kehadiran Kyungsoo di sana sepertinya sama sekali tak
mengganggu lelaki tersebut.
Kyungsoo
terus memainkan layang-layangnya hingga tanpa sadar titik-titik air kecil jatuh
dari atas langit. Ia buru-buru menurunkan mainan kertas yang sedari tadi ia
terbangkan tersebut. Ia harus segera pulang sebelum gerimis berubah menjadi
hujan. Kyungsoo berlari kecil menuju kursi di mana ia menemukan layang-layang
yang kini sudah berada di tangannya. Ia harus mengembalikannya ke tempat semula
barangkali besok ada yang mencari layang-layang itu. Namun, belum sempat
kakinya menjangkau kursi yang ia tuju, tiba-tiba seseorang meraih tangan
satunya –yang tidak memegang layang-layang- dan menghentikan langkahnya.
Kyungsoo menoleh dan mendapati orang yang dari tadi membaca di taman
–bersamanya- kini tengah memegang erat salah satu tangannya.
Tampan.
Itulah yang pertama kali Kyungsoo pikirkan saat melihat wajah ‘si pembaca’ yang
sekarang berdiri begitu dekat dengannya. Wajahnya putih bersih. Sepertinya
seumuran dengan Kyungsoo atau mungkin lebih tua setahun darinya. Ia juga baru
sadar kalau wajah lelaki di depannya ini sangat ramah. Ia tidak begitu
memperhatikan saat lelaki tersebut membaca tadi, ia terlalu asyik bermain.
“Apakah
besok kau akan ke sini lagi?” sebuah pertanyaan meluncur dari mulut lelaki
berwajah angelic tersebut.
Kyungsoo
bingung harus menjawab bagaimana. Ia sendiri tidak begitu mengerti maksud dari
pertanyaan lelaki tersebut.
“Jika
kau meminta… aku akan… datang,” jawab Kyungsoo sedikit ragu. Ia tidak tahu
mengapa dirinya harus menjawab seperti itu.
Namun,
keraguan dalam diri Kyungsoo seketika menguap saat melihat lelaki tersebut
mengukir senyuman tipis yang membuat wajahnya benar-benar tampak seperti
malaikat.
“Aku
akan menunggumu besok,” ucap lelaki tersebut tanpa menghilangkan senyumannya.
“Ne…,”
sahut Kyungsoo lirih.
Kyungsoo
tidak tahu mengapa lidahnya tiba-tiba menjadi kelu. Rasanya seperti ada yang
menyangkut di tenggorokannya dan membuat suara nyaringnya tak bisa meluncur
dengan bebas. Kyungsoo bahkan baru sadar kalau lelaki tersebut sudah melepas
genggaman tangannya.
“Aku
akan menunggumu di sini besok,” ucap lelaki angelic tersebut kemudian perlahan
melangkah pergi meninggalkan Kyungsoo.
Sebenarnya
ada sedikit kekecewaan saat Kyungsoo melihat punggung lelaki angelic itu
semakin menjauh darinya. Ia menunduk menatap tangannya yang baru saja
bersentuhan dengan lelaki yang bahkan belum ia ketahui namanya. Namun, belum
sempat Kyungsoo melangkah pergi, lelaki tersebut sudah kembali di hadapan
Kyungsoo dengan nafas naik turun, seperti habis berlari. Kyungsoo mendongak dan
kembali menatap wajah angelic di depannya dengan mata bulatnya –heran-.
“Haaah…namamu…haahh?”
lelaki angelic itu bertanya dengan nafas yang terengah-engah.
Kyungsoo
diam dan berkedip beberapa kali hingga ia sadar kalau lelaki angelic di
hadapannya tengah menanyakan namanya.
“Kyungsoo…Do
Kyungsoo,” jawab Kyungsoo.
“Aku
Joonmyeon, Kim Joonmyeon,” ucap lelaki berwajah angelic bernama Joonmyeon
tersebut kemudian kembali menunjukkan senyumannya.
Kyungsoo
merasakan dadanya berdegup kencang dan seakan ada kupu-kupu yang ingin terbang
keluar dari perutnya saat melihat Joonmyeon tersenyum. Wajahnya terasa memanas
dan ia yakin sekarang pasti pipinya tengah merona. Semoga saja Joonmyeon tidak
menyadarinya.
“Aku
akan menunggumu di sini besok,” Joonmyeon kembali mengulangi kata-kata tersebut.
“Aku
akan datang,” sahut Kyungsoo kemudian tersenyum.
Senyum
di wajah Joonmyeon semakin lebar saat mendengar ucapan Kyungsoo. Membuat mata
sipitnya semakin sipit.
“Baiklah.
Sampai jumpa besok,” ucap Joonmyeon kemudian pergi meninggalkan Kyungsoo.
Kyungsoo
melihat sosok Joonmyeon semakin menjauh dan menghilang saat ia keluar dari
taman. Namun, Kyungsoo sama sekali belum beranjak dari tempatnya berdiri.
Membiarkan gerimis semakin membasahi dirinya. Ia memejamkan mata, mendongak dan
membiarkan rintik-rintik air menerpa wajahnya. Kyungsoo tersenyum lebar,
hatinya terasa lega. Beban yang ia rasakan beberapa hari ini seakan lenyap
begitu saja. Mungkin pindah ke tempat baru bukan hal yang terlalu buruk,
pikirnya.
--END--
Udah tau kan saya terinspirasinya dari teaser yang mana? Saya cuma screencapture dari teaser video yang saya unduh dari official youtubenya SMTown. Nggak saya edit males soalnya. Jadi semua gambar yang saya posting kali ini saya creditkan pada SM. hehe~
Saran, kritik, pujian, dan hinaan saya terima dengan lapang dada. Semoga bisa menjadi pembelajaran buat fanfic selanjutnya. Tapi saya tegaskan sekali, meskipun saya author ecek-ecek yang cuma bisa bikin fanfic abal-abal, tapi saya bikin ini pake usaha dan ide saya sendiri, serta inspirasi yang saya dapat dari teaser EXO. Jadi saya paling nggak suka jika ide saya dicuri dan diplagiat seenaknya. Saya mohon semua mengerti kenapa saya bikin disclamer kayak di atas. Bukannya bermaksud sombong, tapi mengingat fanfic jirih payah beberapa temen saya pernah diplagiat saya jadi merasa waspada kalo mau nge-post fanfic di sini. Dongkol juga rasanya. Semoga para plagiator tersebut segera tobat dan minta maaf.
Akhir kata, cukup sekian salam penutup dari saya. Jika ada salah kata saya minta maaf. Manusia kan tak luput dari kesalahan. haha...
Oke. Sampe jumpa. Ciao~ WE ARE ONE!!!
No comments:
Post a Comment